Hati Tulus di stasiun kota (1)




Di sudut rel kota, dua remaja muda sedang duduk bercanda terlihat gembira, dua orang yang terlihat sangat dekat walaupun sebelumnya belum dan sama sekali tidak saling mengenal, dan perkenalan yang tak disangka membuat tali persaudaraan yang erat diantara mereka berdua.

***
Saat pulang sekolah Dina berlari sangat tergesa-gesa karena siang itu adalah latihan untuk mengikuti lomba menari tingkat nasional, ia adalah anak pandai disekolah, hidup yang berkecukupan membuatnya keras kepala dan tak pernah suka diganggu di keadaan apapun.
“maaf bu, saya terlambat” ucap maaf Dina kepada pelatih tari.
“ kenapa kamu terlambat? Kita butuh keseriusan dan  kedisiplinan!” jawab pelatih.
“tadi ada tugas yang harus saya kerjakan, saya berjanji tidak akan terlambat lagi..”jelas Dina
Dengan nada keras pelatih Dina membiarkan ia masuk kedalam barisan tarian yang sudah ditentukan. Ia berlatih hingga sore hari, dibadannya hanya tersisa lelah, raut wajahnya yang awalnya gembira tiba menjadi sedih akibat supirnya izin tak bisa bekerja, biasanya ia selalu dijemput dan diantar kemana pun ia mau. Kata temannya, untuk pulang kerumah ia lebih baik naik kereta dibandingkan dengan menaiki angkutan kota, karena lebih dekat dan lebih cepat.
Tiba di stasiun kereta, Dina langsung membeli tiket tujuan Jakarta-kota, di selusur stasiun Dina berdiri menunggu kereta. Ia melihat seorang anak perempuan yang sebaya dengannya sedang menghitung uang receh ditangannya, wajah anak itu terlihat sedikit gembira, bajunya terlihat kumal. ‘sedang apa anak itu?’ tanyanya dalam hati, rasa penasaran yang tiba-tiba terlintas dipikiran Dina. ‘ah, tapi untuk apa aku memikirkannya, itu bukan hal yang penting bagiku’ ia merasa jengkel jika harus memikirkan anak perempuan yang berpakaian kumal tak penting.
Hujan datang tiba-tiba membasahi stasiun kereta, anak perempuan yang dilihat Dina tadi langsung berlari meneduh menuju kebawah atap stasiun, arah larinya tak beraturan akhirnya ia berdiri tepat disebelah Dina, wajah Dina kesal tak ingin berdiri bersebelahan dengannya. Kereta tujuan Jakarta-kota pun tiba, Dina langsung terburu-buru masuk diantara penumpang yang lain, Dina tak menyangka ternyata anak perempuan tadi masuk gerbong yang sama dengannya, ‘mungkin ini hanya kebetulan’ pikirnya dalam hati, sambil memegang buku fisika ia membukanya didalam kereta, untuk sedikit mengingat tentang pelajaran disekolahnya tadi. Akhirnya Dina sampai di stasiun tujuan, ia pun pulang dengan lelah dan langsung beristirahat sesampai dirumah.
***
Pengamen perempuan bersuara yang lumayan bagus  berjalan ditengah panasnya matahari, hidupnya yang tak berkecukupan, tinggal sendiri dan tidur selalu menumpang dimana pun ia merasa nyaman,ia orang yang penyabar dan pekerja keras, sudah lama ditinggal oleh orang tuanya sejak ia masih kecil, akhirnya ia tinggal sendiri akibat tidak terurus. Bersekolah adalah impiannya sejak dulu, menabung adalah salah satu caranya untuk menggapai impiannya, mengamen adalah upaya kerja keras yang ia lakukan, jam ia mengamen adalah pagi hingga sore hari, setiap hari targetnya adalah tiga stasiun, jika ia sudah lelah ia akan menghampiri dua stasiun dan pergi mencari tempat untuk menumpang tidur dimalam harinya, kadang ia tidur di pinggir jalan.
“ ku yang dulu, bukanlah yang sekarang……” nyanyian Ghina yang sedang beraksi, suaranya merdu.
Tak sedikit orang yang memberinya uang, walupun receh tetapi ia selalu bersyukur.
Di sore hari ketika ia mau pulang mencari  tempat untuk menumpang tidur, seperti biasa ia menghitung hasil kerja kerasnya tadi di dekat rel kereta, ‘sedikit demi sedikit, akan menjadi banyak’ ucap Ghina dalam hati, wajahnya terlihat sedikit gembira, dan sedikit sedih akbibat uang yang ditabungnya belum cukup untuk mengapai impiannya yaitu bersekolah.
Saat sedang menghitung uang, ia melihat anak perempuan sebaya dengannya, berpakaian sekolah lengkap dan rapih, dengan memegang buku dan menggendong tas ransel, lengkap sudah impiannya tergambar di anak perempuan itu. ‘ah, tapi itu hanya gambaran, yang jelas sekarang aku harus menjadikan gambaran itu menjadi nyata!’ ucapnya dalam hati lagi, matanya yang tadi melihat anak perempuan berpakaian rapih tadi langsung beranjak ke arah uang receh nya.  
Hujan datang tiba-tiba, membasahi stasiun kereta, Ghina langsung terburu-buru lari mencari tempat meneduh, tak tahu mau berteduh kemana ia langsung berlari kearah tempat yang disana tersisa ruang yang cukup untuk tubuhnya. Saat ia sudah sampai berteduh ia melihat orang disampingnya, ia sedikit terkaget, ternyata ia berteduh kearah anak perempuan yang erpakaian rapih tadi, sungguh bahagia ia, dalam hatinya hanya ada doa, agar ia juga bisa berpakaian sekolah rapih, lengkap dengan buku, dan menggendong tas ranselnya.
Ghina memutuskan untuk mengikuti anak berpakaian rapih tadi, ia senang melihat anak perempuan itu, dipikiran Ghina yang membawa buku dan bersekolah adalah Ghina bukan anak itu. Saat anak itu masuk ke gerbong keretanya ia perlahan mengikuti dari belakang, ia tak selalu melihat anak bersekolah itu karena ia takut dicurigai oleh anak itu, sesekali ia melihat, ‘wah dia membaca buku.., ya tuhan alangkah indahnya jika aku bisa seperti itu..’ ucap Ghina didalam hati, buku fisika yang dibaca anak bersekolah itu membuat Ghina semakin ingin mewujudkan impiannya.
Kereta berhenti, anak perempuan berpakaian rapih tadi turun dari gerbongnya, ia terlihat lelah, mata Ghina masih melihatnya, ia melihat buku fisika anak itu tertingal di kursi kereta, ia langsung beranjak mengambil buku itu dan ingin langsung mengembalikannya, ‘oh tidak, pintu gerbong tertutup, perempuan tadi sudah pergi’ Ghina bingung bagaimana cara untuk mengembalikan buku itu, ia merasa bahwa buku itu sangat berharga bagi perempuan tadi. Ia pun berencana untuk mendatangi stasiun ini kembali besok, berniat untuk mengembalikan buku ini kepada anak berpakaian rapih tadi.
***
Sesampainya Dina dirumah, ia langsung menghempaskan tubuhnya di tempat tidurnya. Lelah sekali Dina hari ini, tak terbiasa pulang sendiri dan banyaknya aktivitas membuat ia tepar di ranjang.
Dina terbangun, ia pergi ke stasiun, lalu ia menemui anak berpakain kumal sore tadi. Anak itu tiba-tiba mendekat ke arahnya,
“alangkah indahnya bisa bersekolah sepertimu” ucap anak itu kepada Ghina.
Dina bingung ingin menjawab apa, mata anak itu terlihat sangat berharap, di matanya terlihat sebuah mimpi yang belum terwujud. Tiba-tiba suara ibu dating menghampiri Dina.    
“Dina, ayo bangun.., kamu belum solat maghrib”ucap ibu Dina yang sedang membangunkannya.
Dina mengerjap-ngerjapkan matanya yang masih sedikit terkantuk, mengumpulkan kesadaraan dari tidurnya yang lelap, ‘ya tuhan, ternyata tadi mimpi..’ sadar Dina dalam hatinya, tapi apa arti dari mimpi itu.
***
Keesokan harinya di sekolah Dina. Jam istirahat pun tiba, di saat yang lain beristirahat Dina malah sibuk mencari sesuatu, dari semua sudut kelas sudah ia telusuri, bertanya ke teman pun sudah.
“bagaimana ini, setelah ini adalah pelajaran fisika!” ucap Dina kepada Sinta, teman satu bangkunya.
“memangnya terakhir buku itu ada kamu letakkan dimana?” jawab sinta.
Dina mengingat dan terus mengingat dimana terakhir kali ia membuka buku itu, mengulang semua kejadian kemarin dan berujung pada saat ia pulang sekolah.     
“ya tuhan, apakah aku meninggalkannya di dalam kereta?” kata Dina kepada Sinta.
“benarkah? Ya ampun mengapa kamu bisa meninggalkannya disitu?” Tanya Sinta kembali.
“aku juga tidak tahu pasti, yang jelas kemarin aku sangat lelah, mungkin karena itu aku tidak fokus dengan buku fisika itu..,” jelas Dina.
“yasudah, sebaiknya kamu pulang menggunakan kereta lagi saja, siapa tahu bukumu masih ada” usul Sinta.
Dina sedikit terpaksa, karena pulang sendiri bukan kebiasaannya, saat pelajaran  fisika pun ia dimarahi oleh gurunya, dan disuruh untuk mencarinya kembali, Dina terus mengingat buku itu, dan sangat menyesal mengapa bisa melupakannya.
Saat jam pulang sekolah, akhirnya Dina pun pulang kerumah menggunakan kereta, ia sudah meminta supirnya untuk tidak menjeputnya hari ini karena alasan ingin pulang sendiri.
Di stasiun kereta, Dina langsung membeli tiket, dan berjalan seperti kemarin, saat berjalan matanya selalu melirik kesana kemari, berharap ada bukunya di masing-masing sudut stasiun. ‘semoga buku fisika ku ada’ doanya dalam hati.
***
Ghina si pengamen yang berjanji mengembalikan buku fisika kepada anak sekolah yang berpkaian rapih itupun datang ke stasiun untuk mnepati janjinya, sebelum dikembalikan, buku fisika itu selalu dibacanya sejak kemarin ia menemukannya, bahkan ia menghafalkan rumus yang ada dibuku itu, ia sangat bahagia bisa membawa buku ini kemana-mana, tetapi disisi lain ia sedih karena pasti si anak berpakaian rapih itu sangat memrlukan buku ini.
Ghina datang ke stasiun tepat di jam kemarin ia melihat si anak berpakaian rapih itu, ia juga menghitung hasil mengamennya ditempat yang sama, dengan waktu yang sama hanya dalam hari yang berbeda. Mata Ghina melihat ke lingkungan sekitar, jaga-jaga jika ia melihat gadis itu, ia akan langsung mengembalikan buku fisika ini.       
‘Itu dia!’ Ghina melihat anak itu, Ia langsung berlari dan berteriak ‘hei!’ menuju ke arah anak berpakaian rapih itu, anak itu sedang berjalan sambil melirik-lirik setiap sudut stasiun, seakan mencari sesuatu yang sangat penting.     

Bersambung...

rahmamaghfira

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

www.lowongankerjababysitter.com

Instagram